Siapakah
Mahasiswa? Ini bukanlah sebuah pertanyaan yang luar biasa. Ini adalah sebuah
pertanyaan yang bahkan kita telah bosan mendengarnya. Ketika pertanyaan ini
dihadapkan kepada anak kecil maka jawabannya adalah orang yang sekolah di
universitas, jika dihadapkan kepada orang yang berpendidikan rendah maka
jawabannya sederhana yaitu orang yang banyak tahu sedangkan jika dihadapkan
kepada orang yang berpendidikan tinggi maka jawabannya adalah orang yang
menduduki perguruan tinggi dan mengamalkan tri darma perguruan tinggi yakninya
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Akan
tetapi ada hal yang selama ini terlupakan, yaitu peran dan fungsi mahasiswa itu
sendiri. Iron stock, Agent of Change dan Social Control. Tiga hal ini telah
menjadi yang diaktorkan mahasiswa dan menjadikan mahasiswa lebih berguna.
Ketika tidak ada lagi kekuatan, mahasiswa menjadi strongest power. Ketika kehidupan
statis dalam ketidakberdayaan, mahasiswa menciptakan sebuah perubahan pada
kebaikan. Dan ketika lenyapnya keteraturan, pengontrol sosial tentu saja
mahasiswa.
Seringkali
kita melihat kehidupan yang terjadi pada sejumlah kelompok mahasiswa
akhir-akhir ini, setidaknya setelah reformasi. Orang awam menganggap mahasiswa
adalah orang yang suka demo, perusak dan pengacau. Akan berbeda ketika kita
menanyakan perihal aktifis. Secara umum aktifis adalah orang yang memiliki
aktifitas-aktifitas tertentu sehingga remaja mesjid pun bisa dianggap aktifis.
Kendati demikian, telah terjadi penyempitan makna terhadap apa kita sebut
sekarang sebagai aktifis sebagai tukang demo dan segala macamnya.
Dalam
kasus lain, kita juga mendengar istilah BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), SEMA
(Senat Mahasiswa) dan berbagai macam hal istilah lainnya. Istilah ini adalah
lembaga yang menjadi wadah pemersatu mahasiswa yang mengamalkan peran fungsi
mahasiswa disamping menjalankan tri darma perguruan tinggi. Faktanya seiring
berjalannya waktu, semakin banyak mahasiswa yang tidak peduli pada lembaga
tinggi mahasiswa ini. Sehingga memberi kesempatan bagi orang-orang yang
berkepentingan dalam memecahbelah mahasiswa. Dan kasus inilah yang disebut
dengan politik kampus.
Aktifis
ataupun yang bukan aktifis (mahasiswa biasa), baik sadar maupun tidak sadar
secara tidak langsung telah terjebak dalam politik kampus ini. Yang
berkepentingan menjalankan politik demi kepentingannya dan yang tidak
berkepentingan telah dimanfaatkan ketidakberkepentingannya oleh orang yang
berkepentingan. Sungguh politik yang sangat rumit bahkan untuk disederhanakan
sekalipun. Intinya, apapun yang terjadi, ada skenario yang terus berjalan.
Untuk
itu, kita sebagai akademisi harapan bangsa seharusnya melakukan tindakan yang
berharga, memberikan jaminan untuk masa depan bahwa kita adalah pejuang kebaikan.
Menyumbangkan pikiran dan tindakan nyata adalah sebuah solusi. Kritikan
membangun memang sangat penting, tapi akan lebih bagus jika dimotori tindakan
mendasar atas sebuah perkataan.
“sungguh besar dosa
orang yang berkata tapi tidak sesuai dengan perbuatan.” ( QS : 61.3)
0 komentar:
Posting Komentar