Selasa, 01 Maret 2011

ARTI SEBUAH KEBUDAYAAN


Wah, saya mau coba menulis lagi, mudah-mudahan tulisan saya kali ini bagus, amiin..

Tulisan ini saya buat sebagai sebuah tanggapan akan hal yang tejadi di negri ini, tapi hal ini di fokuskan pada sebuah budaya yang paling fenomenal menurut saya, yakninya Minangkabau.



Minangkabau adalah sebuah budaya yang terletak di pulau sumatera. Rentang wilayahnya dari Kab. Pasaman hingga bengkulu dan dari Samudra Hindia hingga Sungai Kampar. Bahkan wilayahnya juga mendominasi negeri bagian Malaysia yakni Negeri Sembilan. Sehingga, dapat dipastikan sebagian besar wilayah Minangkabau adalah Sumatera Barat.

Minangkabau adalah sebuah kebudayaan yang terkenal karena Intelektualnya. Hal ini disebabkan budaya orang Minang itu untuk merantau hingga mendapatkan pengetahuan yang lebih. Bahkan banyak tokoh di Indonesia adalah orang minang.

Salah satu keunikan Minangkabau adalah sistem matrilineal dan sistem pemerintahan yang dimilikinya. Sistem kekerabatan Minangkabau yang mengatakan bahwa suku(marga) turun dari ibu. Hal ini disebabkan karena menurut tambo, Datuk Katumanggungan dan Datuk Parpatih Nan Sabatang berasal dari Ibu yang sama, bukan dari ayah yang sama.

Pemerintahan Minangkabau terdiri dari dua sistem yang berbeda yaitu Ottokrasi dan Demokrasi. Ottokrasi yang dibawa oleh Datuk Katumanggungan dengan lareh Koto Piliang dan Demokrasi yang dibawa oleh Datuk Parpatih Nan Sabatang dengan lareh Bodi Chaniago. Siapa sangka dua sistem pemerintahan yang berbeda ini dapat bertahan dan dijalakan pada saat yang bersamaan.

Selain itu kebudayaan Minangkabau juga didominasi oleh nan ampek. Sehingga moralitas Minangkabau terkenal akan ramah tetapi tegas. Hal ini dikarenakan nan ampek yang dimaksud adalah aturan tak tertulis yang berlaku di lingkungan minangkabau. Salah satu nan ampek yang paling sering didengar adalah kato nan ampek yang mengatur segala sikap terhadap orang lain, bagaimana bersikap kepada yang tua, yang lebih muda, yang sebaya dan orang sumando.

Terlepas dari semua itu, penulis kembalikan pada zaman sekarang. Budaya Minang yang dikenal indak lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan (tidang lekang oleh panas, tidak lapuk oleh hujan) tidak lagi terdengar. Pemuda yang menganggap dirinya orang minang pun tak tahu lagi jika ditanya mengenai kebudayaan mereka. Orang tua tak mau lagi mengajarkan anak mereka. Sebagian dari mereka menganggap budaya Minangkabau itu adalah kuno. Tak sesuai lagi dengan tuntutan zaman. Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah tak lagi tegak. Terlihat dari cara mereka menyikapi Tuhan mereka sendiri. Orang-orang tidak takut lagi ketika berbuat maksiat. Perempuan minang yang lebih berharga dari mutiara sekarang tak lebih dari gorang pisang dengan gampang memamerkan auratnya (nauzubillahimindzalik). Kemenakan lah saduduak jo mamak di lapau.

Dari tulisan ini penulis ingin sekali mengajak kita semua evaluasi diri, melihat kejayaan kebudayaan kita yang beradab telah tenggelah didominasi budaya globalisasi yang penuh dengan memperturutkan hawa nafsu. Walaupun kita tak mungkin lagi menegakkan Minangkabau , setidaknya kita bisa menegakkan budaya Islam yang menjadi sandi utama pada diri kita.

InsyaAllah bermanfaat.


salam sasapa bloger