Selasa, 20 September 2011

watashi wa nihon jin desu, saya adalah orang Indonesia

Mungkin pembaca tidak mengerti dena apa yang penulis tulis sebagai sebuah judul. Sama halnya dengan penulis ketika berhubungan dengan orang Jepang yang berkunjung ke Indonesia. Yang terjadi adalah "misscomunication" atau "tidak nyambung". Hal ini bukan karena penulis tidak bisa berbahasa Jepang (Penulis hanya bisa berbahasa Inggris) , tetapi orang Jepang tersebut juga tidak bisa berbahasa Inggris.
foto bersama di aia badarun, Padang Panjang


Berawal ketika penulis diajak oleh tim dari Kogami untuk mewakili mahasiswa dari Unand untuk menemani mahasiswa dari Waseda University. Sang penerjemah menginstruksikan agar setiap dari kami (mahasiswa Indonesia) duduk mendampingi setiap nihonjin(sebutan untuk orang jepang). Dan penulis beruntung sekali duduk bersama seorang yang bernama Taro Yamamoto. Dan ketika Penulis tanya, "So.. What do you think about Indonesia? specialy in Padang." , Dia ingin menjawab tapi tidak bisa menyampaikan dalam bahasa Inggris. Jadi penulis memintanya untuk menyampaikannya dalam bahasa Jepang. Konklusinya, penulis jadi terangguk-angguk dengan jawaban yang sangat hebat dari sang nihonjin (maksudnya penulis hanya bisa mengangguk tidak mengerti). Tetapi penulis sempat menanyakan pada penerjemah mengenai hal ini dan beliaupun menyampaikan bahwa banyak yang disukai oleh para nihonjin dari Indonesia, begitu banyak hal berbeda dari Indonesia jika dibandingkan dengan Jepang tetapi penulis juga tak sempat menyampaikannya dalam tulisan ini.

Ada satu hal yang membuat penulis terkejut yakni mengenai penjajahan Jepang terhadap Indonesia 66 tahun yang lalu. Para nihonjin tidak tahu, bahkan mereka tidak mempelajari hal itu dari sekolah mereka. Yang hanya mereka pelajari adalah Jepang datang ke Indonesia untuk menyelamatkan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Hal ini disampaikan ketika kami mengunjungi lobang jepang di bukittinggi. Akibatnya, sepanjang perjalanan para nihonjin hanya menyampaikan permintaan maaf kepada kami (orang Indonesia). Tentu saja hal ini membuat kami merasa tidak enak hati dengan mereka.

Suasana yang tidak enak tadi akhirnya dapat dicairkan ketika kami berkunjung ke Jam Gadang. Penulis dengan  "ota piaman"nya berkata,"do you know? this the biggest clock in this world. number two after Big Ben in London". Nihonjin menjawab, "aaaaaa.........". Mereka ternganga dan penulis menjadi senang serta bangga menjadi Indonesia jin desu.. eh maksudnya Orang Indonesia.

Tidak sampai di sana. Di atas Bus yang membosankan dan letih sepulang perjalanan dari Bukittinggi menuju kota Padang, salah satu dari kami yang orang Indonesia, menggemakan musik Indonesia, dari lagunya Peterpan hingga Kangen Band. Sadis. Nihonjin yang tadinya ketiduran pun akhirnya tersentak mengikuti irama. Salah satu dari kami , sebut saja dia bunga (azas praduga tak bersalah ala gaje) menari menghoyakkan bus seketika. waaw.. dahsyat. Penulis pun yang mengenal lagu langsung mengeluarkan suara jelek tak jelas untuk menambah kegilaan. Nihonjin yang tak mengenal lagu pun juga ikut irama walaupun tidak mengerti dengan lagunya. Tetapi pada akhirnya kami menemukan lagu yang menyatukan kami, yakni First Love dari Utada Hikaru dan Goodbye Days dari Yui. Malam yang sangat panjang.

Dan begitulah cerita singkat penulis mengenai perjalanan singkat bersama orang Jepang, menyenangkan, mendidik dan me-Romusha orang Jepang.
mohon komentar ya.. untuk diskusinya...